Skip to content

Apa itu Stabilizer Listrik dan Fungsinya

featured-img

Pernah mendengar komponen stabilizer listrik? Bagaimana dengan UPS? Nah kebanyakan orang menganggap bahwa UPS merupakan stabilizer voltase listrik, dan sebaliknya. Padahal kenyataannya tidak begitu.

Meski mirip, Anda sebaiknya memahami dengan lebih jelas mengenai penjelasan dan fungsi stabilizer listrik. Karena benda ini memiliki banyak kegunaan, salah satunya supaya penggunaan listrik jadi lebih hemat.

Mau tau pengertian dan fungsi dari stabilizer listrik dengan lebih lengkap? Tenang, yuk simak langsung ulasannya di bawah ini!


Apa itu Stabilizer Listrik?

stabilizer listrik

Stabilizer listrik merupakan komponen listrik yang berfungsi untuk men’stabilisasi’ alias menjaga tegangan arus listrik agar tetap normal dan tidak naik turun.

Stabilisasi tegangan listrik ini penting karena seringkali tegangan listrik yang dialiri langsung dari instalasi PLN tidak sesuai dengan kebutuhan beban peralatan elektronik, baik di rumah tangga ataupun dalam skala besar.

Memang benar bahwa tegangan listrik di Indonesia standarnya adalah 220 Volt, namun percaya atau tidak seringkali arus yang masuk tidak tepat 220 Volt. Melainkan naik atau bahkan konsisten kurang dari 220 Volt. Konsekuensinya tentu saja peralatan elektronik yang tidak bisa bekerja secara semestinya.

Bedakanlah stabilizer ini dengan UPS alias uninterruptable power supply. Dari namanya, mungkin Anda bisa menebak bahwa UPS merupakan alat elektronik yang bisa menyimpan daya listrik sehingga perangkat elektronik tidak langsung mati ketika listrik mati mendadak.

Jika stabilizer berfungsi menstabilisasi tegangan yang masuk, maka UPS memiliki fungsi utama memelihara barang-barang elektronik vital dari mati mendadak, paling mudah sih komputer. Karena HDD misalnya akan cepat rusak bila sering mengalami putus listrik mendadak.


Fungsi dari Stabilizer Listrik

Seperti yang telah kami jelaskan di atas, fungsi dari stabilizer listrik adalah untuk menstabilkan tegangan yang masuk ke rumah. Stabilizer bisa menaikkan maupun menurunkan tegangan yang masuk, tergantung dari arus asalnya.

Dengan menjaga kestabilan listrik di rumah, Anda bisa “memperpanjang umur” peralatan elektronik. Beberapa peralatan elektronik yang bisa diselamatkan dengan alat ini misalnya televisi, kulkas, hingga pendingin ruangan (AC).

Terutama kulkas dan AC, apabila tegangan listrik yang masuk tidak cukup untuk menggerakkan kompresor bisa-bisa kedua perangkat ini menjadi tidak dingin. Bahayanya adalah peralatan macam ini akan cepat rusak bila berada dalam kondisi tersebut terus menerus.

Selain menjaga tegangan listrik tetap konstan, stabilizer listrik juga memiliki fungsi mencegah lonjakan listrik tiba-tiba. Akibatnya tentu sama yakni barang elektronik di rumah menjadi panjang umur.

Selain itu dengan menjaga tegangan listrik tetap konstan dan mencegah dari lonjakan listrik, tagihan listrik Anda sudah pasti akan ikut “stabil”. Anda bisa lebih mengontrol penggunaan daya listrik.

Akibat lain dari kedua fungsi di atas adalah tentu saja peralatan listrik yang Anda gunakan di rumah akan bekerja sebagaimana mestinya dan dalam kondisi yang selalu optimal. Masih beranggapan bahwa stabilizer tidak berguna?

Baca Juga: Cara Menghemat Listrik


Jenis-Jenis Stabilizer Listrik

Untuk dapat menjaga tegangan listrik di rumah tetap stabil, ada beberapa jenis stabilizer yang bisa dipilih. Masing-masing memiliki cara kerja yang berbeda, yakni:

  1. Stabilizer servo, di mana stabilizer ini telah dibekali servo motor yang akan berputar sehingga tegangan listrik menjadi stabil. Nah, servo motor ini perlu waktu yang relatif lebih lama untuk menstabilkan listrik. Selain itu stabilizer jenis ini juga tidak memilik filter terhadap gangguan listrik (petir, surge, spike).
  2. Stabilizer relay, yang bekerja dengan beberapa relay. Mampu bekerja dengan cepat namun mengorbankan kestabilannya (menjadi relatif kurang baik).
  3. Stabilizer digital control, merupakan salah satu sistem yang paling canggih karena sudah menggunakan sistem ferro-resonant/line conditioner. Dengan response time 0,04 detik dan kestabilan yang paling baik, tentu saja stabilizer jenis ini merupakan yang terbaik dibandingkan dengan kedua jenis di atas.

Cara Kerja Stabilizer Listrik

Stabilizer mampu bekerja secara terus menerus dengan membandingkan arus input dari tegangan PLN dengan arus output yang keluar ke rumah tangga. Ketika terjadi tegangan input naik atau turun maka stabilizer akan bekerja.

Pada stabilizer relay, set relay secara otomatis akan memilih tegangan output pada transformator sehingga input yang masuk akan diubah menjadi mendekati 220 V. Begitupula dengan kedua jenis stabilizer lain, pada prinsipnya memiliki mekanisme yang sama.


Cara Menentukan Stabilizer Listrik

stabilizer listrik otomatis

Anda bisa memilih stabilizer dengan merk apapun asal memenuhi 7 syarat di bawah ini:

  1. Response time kurang dari 1 detik. Lebih dari ini boleh dibilang stabilizer listrik tersebut kurang bermanfaat, karena tidak bisa mengimbangi ketidakstabilan listrik dengan cepat.
  2. Ada monitor LED ataupun monitor jarum, yang memiliki fungsi memudahkan dalam melakukan pemantauan.
  3. Voltase input berada pada angka 140 – 240 V. Di luar angka ini, apalagi di atas 220 V, bisa dipastikan stabilizer listrik tersebut tidak bermanfaat untuk digunakan di Indonesia.
  4. Voltase output sebesar 220 V dengan toleransi ± 2%
  5. Minimal sudah menggunakan teknologi servo motor.
  6. Terdapat fitur kipas pendingin.
  7. Terdapat fitur display digital.

Meski poin nomor 6 dan 7 tidak begitu penting, tapi tetap bisa Anda jadikan pertimbangan untuk memilih stabilizer listrik ya!

Setelah memenuhi 7 syarat di atas, Anda dapat menentukan stabilizer yang ingin dibeli dengan langkah-langkah di bawah ini:

  1. Perhatikan MCB (miniature circuit breaker) yang terdapat di kotak meteran listrik rumah Anda. Lihatlah berapa Ampere (A) yang tertera di sana. Kita ambil contoh 10 A, maka daya listrik yang masuk di rumah adalah 10 x 220 V yakni 200 VA.
  2. Kemudian kali daya masuk dengan 80%, karena 80% adalah kinerja maksimal dari stabilizer listrik. Setelah itu kalikan kembali dengan 25% sebagai antisipasi perbedaan spesifikasi stabilizer yang ada di pasaran. Dalam contoh di atas 200 VA x 80% x 25% adalah 3.437 VA.
  3. Terakhir bulatkan perhitungan tersebut ke atas, dalam hal ini 437 VA. Dengan hitungan ini Anda boleh membeli stabilizer listrik dengan kapasitas 4.000 VA atau 5.000 VA apabila tidak tersedia kapasitas 4.000 VA.

Sekarang Anda sudah tahu kan apa fungsi dari stabilizer di rumah? Khususnya bagi kalian yang baru membeli rumah, kami menyarankan Anda untuk langsung membeli stabilizer listrik dengan tips dan cara yang telah kami berikan di atas! Semoga informasi ini bisa bermanfaat untuk Anda, ya!

Tags